Keterlambatan berbicara menjadi salah satu masalah paling dirisaukan oleh orangtua. Pasalnya, anak cenderung tidak mampu menyampaikan isi pikiran dengan baik, sehingga kata-katanya sulit dipahami. Pada sebagian kasus, kondisi ini perlu mendapatkan intervensi dan terapi dokter. Namun, orangtua dapat mencegahnya dengan berbagai latihan atau stimulus, seperti yang dilakukan oleh ustadzah TPA TAAM QUBA kepada santri ciliknya.
Apa Penyebab Anak Mengalami Speech Delay?
Anak speech delay umumnya dapat mengucapkan kata-kata, namun kesulitan untuk menghubungkan. Orangtua seringkali mengabaikan hal ini karena menganggap biasa atau hilang dengan sendirinya. Padahal, apabila tidak mendapatkan penanganan dengan tepat akan menimbulkan masalah komunikasi yang serius.
Beberapa tolok ukur yang bisa Bunda pakai untuk mengetahui terlambat atau tidaknya si kecil dalam kemampuan berbicara adalah sebagai berikut:
- Anak usia 2 tahun: Belum mampu mengucapkan 25 kata atau tidak dapat melafalkan nama benda dengan benar.
- Anak usia 2,5 tahun: Belum mampu menggabungkan 2 frasa kata dan tidak dapat menyebutkan anggota badan dengan benar (50 persen perkataannya bisa dipahami).
- Anak usia 3 tahun: Belum mampu mengucapkan 200 kata, tidak dapat menyusun kalimat (75 perkataannya bisa dipahami).
- Anak usia di atas 3 tahun: Belum mampu menirukan perkataan yang sebelumnya telah dipelajari dan tidak dapat menyebutkan nama lengkapnya dengan benar (100 persen perkataannya bisa dipahami).
Adapun penyebab anak mengalami keterlambatan berbicara yaitu, masalah saat lahir (berat badan rendah, premature, infeksi TORCH), masalah pendengaran, memiliki riwayat kejang, gangguan fungsi oromotor, riwayat keluarga, kurang stimulasi, autisme.
Mengidentifikasi penyebab speech delay dapat membantu orangtua memilih penanganan yang tepat untuk si kecil. Bunda dapat meminta bantuan terapis untuk menegakkan diagnosanya.
Bagaimana Cara Mengatasi Anak Speech Delay?
Beragam cara dapat Bunda lakukan untuk mengurangi masalah keterlambatan bicara pada anak. Metode ini paling sering dipakai oleh ustadzah TPA TAAM QUBA pada santri berusia 0-3 tahun.
- Rutin Interaksi dengan Anak
Tidak masalah jika Bunda memiliki sedikit waktu bersama anak karena sibuk bekerja. Namun, gunakan kesempatan quality time dengan berinteraksi penuh arti bersama anak. Tanyakan nama-nama benda disekitar tanpa menggurui.
Bunda juga dapat mencotoh kegiatan rutin di TPA TAAM QUBA, yakni membaca buku cerita dan belajarkan melafalkan huruf hijaiyah. Pilih tema yang anak sukai agar tertarik. Selanjutnya, tanyakan hal sederhana, seperti warna atau nama karakter pada cerita tersebut.
- Hindari Berbicara Cadel
Apakah Bunda masih sering berbicara cadel dengan si kecil? Jika iya, hentikan kebiasaan tersebut karena akan membuat anak terlambat berbicara. Saat ini mereka sedang belajar melafalkan kosakata dari orang sekitar, maka contohkan cara menyebutkan benda dengan benar bukan ikut-ikutan memakai bahasa bayi.
- Kurangi Screen Time
Penggunaan gadget maupun televisi memang dapat membantu Bunda menenangkan anak. Namun, pemakaian yang berlebihan membuat si kecil enggan latihan berbicara, hanya fokus menonton YouTube.
Bunda dapat mengalihkannya dengan permainan menyenangkan sekaligus melatih oromotornya, seperti meniup, menirukan desis ular, dan sebagainya. Cara ini telah dibuktikan ustadzah TPA TAAM QUBA yang tidak memberikan screentime selama di sekolah, sehingga sebagian besar anak mampu berbicara sesuai usianya.
Kesimpulannya, semakin cepat anak mendapatkan penanganan, maka efeknya kemudian hari juga dapat diminimalisir. Orangtua perlu teliti terhadap tumbuh kembang anak terutama caranya berkomunikasi.
[elementor-template id=”14435″]